Sayup-sayup lantunan Ayat suci Alqur’an terdengar indah menggema di
seluruh pelosok mesjid yang terletak di sebelah timur pesantren An-Nur. Pondok
Pesanren tempatku bernaung untuk menimba ilmu sekaligus rumah kedua bagiku.
Semua temanku terlihat begitu bahagia dan menyambut orang tua mereka dengan
wajah berseri-seri, ketika nama mereka di panggil oleh Receptioner. Namun lain
halnya denganku, aku hanya memasang wajah masam ketika melihat sosok wanita
yang duduk di Muqobalah( baca: Lobby,red)
Namaku Zalfa,Yach...Hanya zalfa, Aku terlahir dari keluarga yang
sangat pas-pasan, penghasilan ayahku sebagai guru SD hanya cukup untuk
membiayai sekolahku dan kak Rina, kakak kandungku, serta makan sehari-hari.
Meskipun begitu, Aku tidak pernah mau tahu. Aku selalu ingin terlihat seperti
orng kaya. Bahkan Aku sering merasa malu mengakui Ibu sebagai ibuku, karena
penampilanya yang sangat sederhana.
Masih kuingat jelas kejadian 2 bulan yang lau, saat ibu datang
menjengukku dengan menggunakan pakaian lusuh berwarna keputih-putihan. Aku tahu
pakaian itu dulunya berwarna merah muda dan warnanya memudar karena terlaku
sering di cuci. Namun ibu hanya tersenyum melihat aura wajah yang kutunjukan
padanya.
“ ibu kok pake’ baju itu lagi sich? Kyak nggak punya baju lain aja”
ucapku sinis, tepat di telinga ibu.” Baju yang ibu pake’ itu lebih cocok di
pake jadi kain Pell , tauu”..!!! aku Malu punya ibu kayak ibu..!! ku tinggikan
lagi ucapanku. Akhh...aku muak. Aku muak dengan senyum yang selalu terlukis
pada wajah lusuh ibu.
Aku fikir setelah itu, ibu akan mengubah penampilannya menjadi
sedikit modis dan berpakaian mahal. Namun tidak, ibu masih saja berpenampilan
seperti pembantu. Aku tahu kondisi ekonomi keluarga kami rendah, tapi bukankah
ayah bisa meminjam di bendahara sekolah? Aku masih terpaku memandang ibu yang
berlalu dari hadapanku. Bukan karena ibu tidak ingin menjengukku terlalu lama.
Namun, aku tak tahan lagi melihat sosok ibuyang tidak pernah memenuhi
permintaanku. Aku mengusirnya, Yach...dengan cara membentaknya layaknya seorang
majikan yang mengusir pembantunya.
Aku baru saja melipat mukenah seusai sholat ashar, saat seorang
petugas recepcionist memanggilku. Aaku sangat terkejut ketika kak rina
datang dan mengajakku pulang. Dengan perasaan yg bercmpur aduk, akupun bergegas
bersiap-siap pulang. Perasanku semakin galau ketika jalan menuju rumahku telah
terlewatkan, kak Rina menghentikan motornya tepat di depan rumah sakit “
kak...kok kita kerumah sakit? Siapa yang sakit?” tanyaku penasaran, namun tak
ada jawaban darinya.Aku dan kak rina semakin semakin mempercepat langkah ketika
memasuki wilayah rumah sakit. Kak Rina menghentikan langkahnya tepat di depan
ruang flamboyan no.25. Perasaanku tidak enak, siapa yang sakit? Batinku. Aku
sedikit ragu ketika kak rina menyuruhku masuk kedalam ruangan yang sudah ramai
di kunjujgi oleh beberapa kerabat orangtuaku. Aku terkejut melihat sosok wanita
yang telah terbujur kaku di atas kasur putih. Ini tampak seperti mimpi buruk
bagiku, Ibu...ibu yang selama ini tidak pernah kuakui di depan temen-temenku
kini pergi meninggalkanku untuk selamanya. Yah...pergi dan tak kembali lagi.
Aku hanya mampu membisu menatap kosong tubuh kaku di hadapanku. Aku
mauak....yachh , aku muak dengan diriku sendiri.
Bumi di sekitarku serasa hancur sebelum sentuhan hangat ayah
mengenai pundakku” sudahlah” ucapnya. Aku hanya mampu memandang sosok tegar
Ayah. Aku ingi sekali mengatakan bahwa aku menyesal...Sangat menyesal..Namun
bibirku seakan kelu “ Sudahlah anakku, ini semua takdir yang di atas, kita
hanya diperintahkan untuk ikhlas menjalaninya!” Lanjut ayah seraya membawaku
dalam dekapan hangatnya. Aku semakin terisak. Aku tak mampu lagi berkata.
Ketika ayah memberiku secarik kertas seraya berkata “ ibumu menitipkan ini
untukmu” aku menerima sepucuk surat yang di sodorkan ayah
Aku menatap nanar secarik kertas yang kini kugenggam erat kemudian
membukanya perlahan.
Teruntuk
: Anakku Zalfa di perantauan suci
Assalamualaikum..wr..ws
Anakku....Maafkan ibu jika selama ini telah membuatmu malu di hadapan temen-temenmu, dengan penampilan ibu yang lusuh ini.tapi, inilah ibu nak...ibu tidak bisa memaksa ayah untuk membelikan ibu baju yang mahal seperti yang kmu mau, uangnya ibu sudah habis untuk membelikanmu pakaian yang bagus dan mahal, maafkan ibu yang tidak bisa menuruti keinginanmu.
Anakku....Maafkan ibu jika selama ini telah membuatmu malu di hadapan temen-temenmu, dengan penampilan ibu yang lusuh ini.tapi, inilah ibu nak...ibu tidak bisa memaksa ayah untuk membelikan ibu baju yang mahal seperti yang kmu mau, uangnya ibu sudah habis untuk membelikanmu pakaian yang bagus dan mahal, maafkan ibu yang tidak bisa menuruti keinginanmu.
Anakku...ibu
berharap kamu akan menjadi anak yang soleha dan berbakti kapada ayahmu,
bahagiakan dia nak...
Maafkan
ibu...
Ibu sangat
menyayangimu nak..
Wassalamualaikum
wr.wb
Aku menangis sejadi-jadinya, aku menyesal tak pernah membahagiakan
ibu, tak pernah bersyukur telah memiliki ibu sebaik dia. Kini ibu pergi untuk
selamanya sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata maaf padanya. MAAFKAN
ANAKMU INI IBU....
0 komentar:
Posting Komentar